SITUS PENINGGALAN
Plang Situs Gunturan |
Sejauh ini peninggalan Situs GUNTURAN belum banyak
mendapatkan perhatian masyarakat bahkan sangat sedikit publikasi di internet
mengenai situs tersebut. Situs Gunturan yang terletak di Dusun Kedungpoh Lor
tidak semata-mata berupa kumpulan bebatuan saja, namun memiliki cerita asal
mula keberadaannya berdasarkan legenda yang beredar di masyarakat setempat. Legenda tersebut bermula dari adanya seorang
pendekar yang menurut masyarakat sekitar memiliki ilmu yang sakti yang
bersinggah di sebuah wilayah yang bernama Gunturan, namun tidak ada satupun
orang yang tahu nama sang pendekar tersebut, oleh karena itu penduduk setempat
memberinya julukan satriyo tanpo asmo atau dalam bahasa Indonesia
disebut satria tanpa nama. Pendekar tersebut memiliki sifat yang
baik dan disenangi semua orang, hal tersebut dapat dilihat dari bagaimana ia
pandai berinteraksi dengan warga setempat bahkan dengan golongan jin.
Suasana di wilayah tersebut pada awalnya hubungan antara manusia dengan
golongan jin dapat dikatakan sangat rukun, tenang, dan damai. Masyarakat
setempat sebagian besar memiliki mata pencaharian sebagai petani dengan
bercocok tanam berbagai macam sayuran, hingga padi. Setiap kali panennya, hasil
yang didapatkan sangat melimpah, sehingga membuat para golongan Jin mencoba
mengelabui manusia dengan meminta sebagian hasil bumi yang didapatkan oleh
manusia untuk diberikan pada golongan Jin tersebut. Hal ini dikarenakan
golongan Jin berpura-pura mengatakan bahwa merekalah yang mempermudah pekerjaan
para petani setempat. Oleh sebab itu, Golongan Jin selalu meminta pemujaan pada
setiap awal tahun disuatu malam tertentu atau yang biasa disebut oleh
masyarakat setempat Sedekah Bumi atau Sadranan.
Rupanya kegiatan pemujaan mendapat penolakan keras dari pendekar Satriyo
Tanpo Asmo, karena menurut beliau segala hasil bumi yang diperoleh oleh manusia
berasal dari Tuhan Yang Maha Esa, bukan dari campur tangan golongan Jin.
Setelah mendengar berita bahwa Pendekar Satriyo Tanpo Asmo menyakini manusia
bahwa hasil bumi berasal dari Tuhan Yang Maha Esa, golongan Jin menjadi murka,
sehingga mereka membuat wilayah tersebut menjadi kering kerontang yang
menyebabkan lahan pertanian penduduk mengalami kekeringan dikarenakan hujan
yang jarang turun.
Penduduk sekitarpun mengeluh karena kekeringan menyebabkan mereka gagal
panen, hingga membuat Pendekar Satriyo Tanpo Asmo marah besar pada golongan
Jin. Sehingga terjadilah peperangan diantara keduanya. Peperangan pun
berlangsung lama, hasil yang didapat tidak ada satupun yang menjadi pemenang,
sehingga kedua belah pihak antara pendekar dengan golongan Jin membuat
kesepakatan bersama untuk tidak mengganggu satu sama lain dan hal tersebut
membuat golongan Jin pindah dari kerajaannya. Namun, tak lama setelah kepergian
golongan jin, muncullah suara gemuruh ibaratkan petir yang berdentum keras di
siang hari, padahal pada saat itu belum ada tanda-tanda akan turun hujan. Tanah
yang awalnya keras berbatu menjadi lunak hingga longsor ke arah bagian selatan
wilayah, bahkan menutupi hingga menghancurkan tempat persinggahan sang Pendekar
Sstriyo Tanpo Asmo tersebut.
Setelah kejadian longsor tersebut, sang pendekar mengatakan bahwa
diakrenakan suara gemuruh diatas langit, maka suatu saat bila zaman sudah
menjadi lebih baik dan sejahtera maka wilayah tersebut beliau namai sebagai GUNTURAN
yang artinya gemuruh atau guntur. Oleh karena itu, hingga saat ini
tempat yang melegenda tersebut dinamai situs Gunturan. Situs tersebut bahkan
telah terdaftar di Dinas Pariwisata Gunung Kidul sebagai aset wisatanya. Namun,
sampai saat ini belum banyak penelitian lebih lanjut mengenai bebatuan yang
terdapat di situs tersebut. Oleh karena itu, apabila ada pihak-pihak tertentu
yang ingin melakukan studi mengenai Batu-batu bersejarah di situs Gunturan
Dusun Kedungpoh Lor sangat dipersilahkan.
hebat kedungpoh lor..... lanjutkan..!!
BalasHapusjooosh kedungpoh lor
BalasHapus